Berbaik Sangka
Hari
rabu kemarin adalah hari dimana saya memulai kembali aktivitas jaga
malam setelah 2 bulan lebih terbiasa tidur sebelum jam 12. Sekitar jam 1
datang seorang pasien wanita berusia 18 tahun dengan penurunan
kesadaran dan sesak napas. Karena sesaknya pasien tersebut dikonsulkan
ke paru. Dan karena papasan di jalan dengan chief, saya yang awalnya
sudah berniat untuk tidur, diajak ke igd bersama chief. Singkat cerita
dimulailah anamnesis terhadap pasien tersebut. Pasien sebelumnya pernah
dirawat dengan ca ovarium. Saat ini diduga terdapat metastasis ke paru
yang kemudian diduga hal tersebutlah yang menyebabkan sesak.
Tapi
bukan disitu inti ceritanya. Ada kisah sedih dibaliknya. Pasien
merupakan pelajar SMA. Gejala awal penyakitnya? Perutnya membesar. Oleh
sekolah dan teman-temannya ia dituduh hamil diluar nikah. Ia
dikucilkan, dikeluarkan dari sekolah. Saya heran, kok sekolah bisa
begitu ya tanpa memastikan terlebih dahulu kebenaran berita yang hanya
berdasar dugaan tersebut.
Benar atau tidaknya cerita
tersebut, yang pasti tidak ada satu pun hal positif yang bisa kita ambil
dari berburuk sangka. Kalau kita bayangkan posisi pasien tersebut
ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Ini semacam
pengingat juga buat saya. Kadang kita begitu gampang untuk berasumsi dan
begitu latah menyampaikan berita yang hanya berlandaskan asumsi tanpa
evidence base yang cukup. Padahal di kedokteran selalu diajarkan kalau
menerima informasi pastikan dulu informasinya terpercaya. Pendapat pakar
saja evidence base nya cuma E apalagi asumsi yang tidak ada landasannya
😅
Disisi lain, saya bersyukur sekolah disini, belajar
disini, menimba ilmu disini. Ditempat yang sering dikeluhkan ini, kita
dibentuk pola pikirnya untuk memilah-milah segala informasi yang masuk.
Apakah informasi tersebut benar? Dari mana sumbernya? Apakah sumbernya
terpercaya? Apa ada data lain yang mendukungnya?
Kenapa sesuatu kita katakan A? Apa buktinya? Gold standard nya apa?
Disini
kita mengenal bias, kemudian kita mengenal alfa, kemudian kita mengenal
confidence interval, kemudian kita mengenal clinical trial sampai
meta-analisis. Semuanya bukan sekedar untuk meramu sebuah artikel atau
menampilkan case report dan journal reading tapi juga untuk belajar
memilah informasi dan tentunya, berbaik sangka dengan cerdas.
Karena berbaik sangka pun tidak cukup tanpa bukti yang jelas.
Padang, 13 Oktober 2017.
---------------
diposting di tedafaadhila.tumblr.com pada 13 Oktober 2017
Tidak ada komentar: