Yudisium dan Sumpah Dokter, 3 Oktober 2018
Alhamdulillah, perjalanan panjang ini sudah mulai menampakkan ujung. Walau ujung yang sesungguhnya entah sejauh apalagi setidaknya satu langkah pendidikan dalam dunia kedokteran ini sudah berakhir. Tidak ada lagi kuliah, tidak ada lagi tugas, case report, jurnal walau hanya sementara. Setelah inilah pembuktian diri sebagai long life learner sesungguhnya dimulai.
Pertama saya ingin mengucapkan puji dan syukur pada Allah SWT. Tanpa izin-Nya semua ini tidak mungkin saya lewati. Dari awal ikut SNMPTN ketika saya berpikir rasanya ngga mungkin bisa kuliah di FK, masuk preklinik saya mulai kewalahan dengan agenda kuliah yang padat dan agenda organisasi yang tidak kalah padat, di tahun ke-3 dan ke-4 Allah mengabulkan cita-cita saya menuntut ilmu ke luar negeri dan bertemu profesor-profesor hebat, di akhir tahun ke-4 Allah izinkan saya menyelesaikan skripsi dengan baik, dan mendapatkan gelar sarjana kedokteran. Tidak berhenti disitu, di masa koas Allah juga izin-kan penelitian saya dipublikasikan di jurnal internasional dengan segala dramanya.
Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban.
Dua tahun koas pun saya lalui dengan lancar, di tengah-tengah koas pun Allah masih memberikan nikmat bisa belajar ke Jepang, dan di akhir koas Allah pertemukan saya dengan seseorang yang dengannya blog ini dapat terwujud, suami tercinta.
Terima kasih juga ingin saya ucapkan kepada orang tua saya. Yang dari awal meyakinkan saya untuk ambil FK dan keputusan itu adalah keputusan yang sangat saya syukuri.
Terima kasih untuk guru-guru yang telah mendidik saya tidak hanya ilmu di bangku pendidikan namun juga ilmu di kehidupan, yang tidak hanya berlaku sebagai dosen tapi juga orang tua kadang malah sudah seperti teman dekat. Saya sangat bersyukur bisa dididik oleh dosen-dosen di kampus almamater hijau ini.
Terima kasih juga untuk teman-teman sejawat yang sudah menemani saya melalui lika-liku dan pahit-manisnya dunia kedokteran yang bisa mengubah tangisan jadi tawa, menyulap kejadian dan cerita buruk jadi bahan candaan dan gelak tawa.
Dan tentunya terima kasih suami tercinta atas segala dukungannya dan kesabarannya menemani istri menyelesasikan pendidikan dan harus LDR di awal pernikahan. Tanpamu ku takkan mampu melalui semua ini.
Terakhir, saya berharap gelar ini bukan hanya sekedar bangga-banggaan, bukan jalan untuk meniti karir di dunia semata, tapi bisa membuka jalan yang lebih lebar menuju surga-Nya.
Pertama saya ingin mengucapkan puji dan syukur pada Allah SWT. Tanpa izin-Nya semua ini tidak mungkin saya lewati. Dari awal ikut SNMPTN ketika saya berpikir rasanya ngga mungkin bisa kuliah di FK, masuk preklinik saya mulai kewalahan dengan agenda kuliah yang padat dan agenda organisasi yang tidak kalah padat, di tahun ke-3 dan ke-4 Allah mengabulkan cita-cita saya menuntut ilmu ke luar negeri dan bertemu profesor-profesor hebat, di akhir tahun ke-4 Allah izinkan saya menyelesaikan skripsi dengan baik, dan mendapatkan gelar sarjana kedokteran. Tidak berhenti disitu, di masa koas Allah juga izin-kan penelitian saya dipublikasikan di jurnal internasional dengan segala dramanya.
Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban.
Dua tahun koas pun saya lalui dengan lancar, di tengah-tengah koas pun Allah masih memberikan nikmat bisa belajar ke Jepang, dan di akhir koas Allah pertemukan saya dengan seseorang yang dengannya blog ini dapat terwujud, suami tercinta.
Terima kasih juga ingin saya ucapkan kepada orang tua saya. Yang dari awal meyakinkan saya untuk ambil FK dan keputusan itu adalah keputusan yang sangat saya syukuri.
Terima kasih untuk guru-guru yang telah mendidik saya tidak hanya ilmu di bangku pendidikan namun juga ilmu di kehidupan, yang tidak hanya berlaku sebagai dosen tapi juga orang tua kadang malah sudah seperti teman dekat. Saya sangat bersyukur bisa dididik oleh dosen-dosen di kampus almamater hijau ini.
Terima kasih juga untuk teman-teman sejawat yang sudah menemani saya melalui lika-liku dan pahit-manisnya dunia kedokteran yang bisa mengubah tangisan jadi tawa, menyulap kejadian dan cerita buruk jadi bahan candaan dan gelak tawa.
Dan tentunya terima kasih suami tercinta atas segala dukungannya dan kesabarannya menemani istri menyelesasikan pendidikan dan harus LDR di awal pernikahan. Tanpamu ku takkan mampu melalui semua ini.
Terakhir, saya berharap gelar ini bukan hanya sekedar bangga-banggaan, bukan jalan untuk meniti karir di dunia semata, tapi bisa membuka jalan yang lebih lebar menuju surga-Nya.
Tidak ada komentar: