Segalanya Boleh di Sepakbola
Mungkin itulah anggapan kebanyakan suporter bola di kolong langit, mungkin.
Segalanya boleh dilakukan asalkan tim yang didukung dapat memenangkan pertandingan atau kompetisi.
Contohnya pertandingan semalam, laga 2 negara serumpun, Indonesia vs Malaysia di pertandingan pertama Kualifikasi Piala Dunia 2022 Qatar.
Ketika "Negaraku", lagu kebangsaan Malayasia, dikumandangkan pada proses seremoni sebelum sepak mula, penonton seperti serempak mengeluar bunyi-bunyi yang mengganggu khidmatnya pemutaran lagu kebangsaan tersebut sebagaimana jelas terdengar di tayangan langsung layar kaca TVRI malam itu. Bang Pangeran Siahaan yang langsung hadir di GBK sendiri menjadi saksi mata.
I’ve traveled places to follow Indonesia away. I cannot recall a single occasion where Indonesia Raya was booed. Not even in Malaysia.— Pangeran⚜ (@pangeransiahaan) September 5, 2019
Alasan dari aksi tidak etis ini sangat simpel, untuk menjatuhkan mental bermain Timnas Malaysia sehingga mereka bermain jelek sehingga Timnas Indonesia yang menang. Padahal jelas-jelas pengumandangan lagu kebangsaan merupakan hal "sakral" dan ada tata kramanya, sebut saja aturan lainnya seperti berdiri dengan baik dan melepaskan penutup kepala. Ketidaksopanan terhadap lagu kebangsaan dipertandingan seperti semalam mungkin saja dapat merembet ketingkat yang lebih tinggi.
Contoh lain dari penggunaan logika yang sangat menngerikan ini terjadi diawal minggu ini dari Italia, tepatnya Kota Milan.
Pangkal cerita dari pertandingan antara Cagliari dan Inter Milan pada hari Minggu kemaren. Romalu Lukaku mendapat sorakan dan makian yang bernada rasis dan semakin menjadi-jadi ketika dia akan mengambil hadiah tendangan pinalti. Seselesai pertandingan, Dia curhat di media sosial.
Contoh lain dari penggunaan logika yang sangat menngerikan ini terjadi diawal minggu ini dari Italia, tepatnya Kota Milan.
Pangkal cerita dari pertandingan antara Cagliari dan Inter Milan pada hari Minggu kemaren. Romalu Lukaku mendapat sorakan dan makian yang bernada rasis dan semakin menjadi-jadi ketika dia akan mengambil hadiah tendangan pinalti. Seselesai pertandingan, Dia curhat di media sosial.
"Kami sudah bilang ini selama bertahun-tahun dan tidak ada tanggapan. Nyonya dan Tuan, ini 2019. Alih-alih maju, kita malah mundur dan saya pikir sebagai pemain kita perlu bersatu dan membuat pernyataan tentang masalah ini untuk menjaga permainan ini tetap bersih dan menyenangkan untuk semua orang," demikian pernyataan Lukaku.
Keesokan harinya, salah satu kelompok suporter Inter Milan, klub yang dibela Lukaku mengirimkan surat yang isinya antara lain,
Bagi saya pribadi, ini adalah bukti lain pada asumsi saya di paragraf pertama, segalanya boleh di sepak bola, termasuk menyoraki orang kulit hitam dengan suara monyet agar dia bermain jelek kemudian tim dia kalah.
Saya bukan ahli psikologi tapi rasanya saya dapat berpendat, Suporter yang menganggap segalanya boleh dilakukan agar tim lawan kalah merupakan suporter yang cinta pada tim sepak bola kesayangannya lebih dari pada cintanya pada Tuhan Pemilik Semesta Alam, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan takutnya pada adzab di hari akhir.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala melindungi kita dari rasa cinta yang berlebih kepada makhluk-Nya.
"Hai Romelu. Kami menulis surat untuk Anda atas nama Curva Nord, ya orang-orang yang menyambut Anda saat Anda tiba di Milan. Kami benar-benar menyesal Anda berpikir bahwa apa yang terjadi di Cagliari adalah rasisme. .. Anda harus memahami bahwa Italia tidak seperti banyak negara Eropa utara lainnya di mana rasisme adalah masalah yang nyata. Kami mengerti bahwa itu bisa terlihat rasialis bagimu, tetapi tidak seperti itu... Di Italia kami menggunakan beberapa 'cara' hanya untuk 'membantu tim kami' dan mencoba membuat lawan kami gugup, Ini bukan rasisme tetapi untuk mengacaukan konsentrasi mereka. Kami bukan rasialis dan juga bukan penggemar Cagliari... Anda harus memahami bahwa di semua stadion Italia orang bersorak tak hanya untuk tim mereka tetapi juga untuk lawan. Ini bukan untuk rasisme tetapi untuk 'membantu' tim... Tolong anggap sikap penggemar Italia ini sebagai bentuk penghormatan terhadap fakta bahwa mereka takut kepada kemampuan mencetak golmu. Bukan karena mereka membencimu atau mereka rasialis,"Sontak beragam reaksi muncul atas surat tersebut, ada yang menganggap apa yang disampaikan supporter Inter Milan itu ada benarnya dan banyak juga yang makin kasihan dengan Lukaku.
Bagi saya pribadi, ini adalah bukti lain pada asumsi saya di paragraf pertama, segalanya boleh di sepak bola, termasuk menyoraki orang kulit hitam dengan suara monyet agar dia bermain jelek kemudian tim dia kalah.
Saya bukan ahli psikologi tapi rasanya saya dapat berpendat, Suporter yang menganggap segalanya boleh dilakukan agar tim lawan kalah merupakan suporter yang cinta pada tim sepak bola kesayangannya lebih dari pada cintanya pada Tuhan Pemilik Semesta Alam, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan takutnya pada adzab di hari akhir.
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi.
Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/5177-keutamaan-cinta-akhirat-dan-zuhud-dalam-kehidupan-dunia.html
Sumber : The Strait Times |
Tidak ada komentar: