Keluarga Imran di Surat Ali Imran
Dulu waktu masih TPA saya pernah dapat pertanyaan, Keluarga siapakah yang dibahas di Surat Ali 'Imran?. Untuk anak kecil yang mendapatkan pelajaran agama cuma dari sekolah dan TPA, pertanyaan ini sangat menjebak dan mengecoh. Karena hanya pernah mendengar nama Ali r.a sahabat Nabi, maka saya jawab saja Keluarga Ali r.a, dan ternyata salah.
Keluarga yang dibahas di ketiga di Alquran tersebut keluarga Imran. Siapakah Imran tersebut? dan kenapa keluarga beliau dibahas di dalam Alquran dan menjadi pelajaran bagi kita?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, akhirnya kami membuka kembali Kitab Tafsir Ibnu Katsir yang disusun oleh Dr. 'Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh terbitan Pusataka Imam Asy-syafi'i yang sudah lama berdiri tegap saja di pojok rak buku kami.
Tafsir Surat Ali 'Imran ada pada jilid 2 dari 10 jilid tafsir Ibnu Katsir ini. Kisah Imran dan keluarga serta keturunannya sendiri ada pada ayat 33 hingga ayat 63 Surat Ali 'Imran. Sebelum kami menulis kembali cerita Keluar Imran ini, kami mohon maaf jika ada salah ketik ataupun kutip pada tulisan kali ini. Niat kami hanya ingin berbagi ilmu yang baru kami ketahui ini. 🙂
Pada Ayat 33 dan 34, Allah سبØانه Ùˆ تعالى memberitahukan bahwa Dia telah memilih beberapa keluarga di muka Bumi melebihi segala umat. Yang dipilih oleh Allah سبØانه Ùˆ تعالى adalah Nabi Adam a.s, Nabi Nuh a.s, keluarga Nabi Ibarihim a.s termasuk hingga Nabi Muhammad صَÙ„َّÙ‰ٰ ٱللَّٰÙ‡ُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَآلِÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ, dan keluarga Imran.
Imran yang dimaksud pada ayat tersebut adalah Imran ayah dari Maryam binti Imran. Sedangkan Maryam binti Imran adalah ibu dari Nabi Isa a.s. Jadi Imran dalam surat Ali Imran ini adalah kakek satu-satunya Nabi Isa a.s. Istri Imran dan sekaligus Ibu dari Maryam adalah Hannah binti Faqudz. Dikisahkan, sewaktu Hannah binti Faqudz belum mendapatkan anak, beliau pernah melihat seekor burung dan kemudian memberi makan anak-anak burung tersebut, beliaupun berdoa kepada Allah سبØانه Ùˆ تعالى untuk diberi keturunan. Allah سبØانه Ùˆ تعالى pun mengabulkan doa beliau. Setelah yakin bahwa beliau hamil, Hannah binti Faqudz bernadzar agar anak anaknya menjadi anak yang tulus beribadah dan berkhidmat pada Baitul Maqdis meski dia belum tau apakah anaknya laki-laki atau perempuan. Pada ayat 36 Surat Ali Imran disampaikan bahwa anak yang dilahirkan Hannah binti Faqudz dan langsung diberi nama Maryam. Sang Ibu berdoa kepada Allah سبØانه Ùˆ تعالى agar Maryam dan keturunannya (Nabi Isa a.s) dilindungi dari kejahatan syaitan yang terkutuk.
Pada ayat 37 Surat Ali Imran disampaikan Allah سبØانه Ùˆ تعالى menerima nadzar dari Ibu dari Maryam menjadikan Zakariya sebagai guru dan orang yang tertanggung jawab atas pendidikan Maryam binti Imran. Zakariya sendiri adalah salah satu dari 25 rasul yang wajib kita imani. Pada kitab Tafsir Ibnu Katsir ini juga disebutkan bahwa Zakariya adalah suami dari saudara Maryam binti Imran.
Nabi Zakariya sendiri belum memiliki keturunan ketika menjadi penanggung jawab Maryam binti Imran. Pada surat 41 disebutkan ketika Nabi Zakariya a.s. melihat Allah سبØانه Ùˆ تعالى memberi rezki kepada Maryam binti Imran berupa buah-buahan musing dingin pada musim panas dan buah-buah musing panas pada musim dingin, maka saat itu jua beliau berkeinginan keras untuk mendapatkan anak meski beliau sudah tua dan istrinya juga diketahui mandul. Namun beliau tetap berdoa dengan lembut. Allah سبØانه Ùˆ تعالى akhirnya mengemberikan Nabi Zakariya a.s dengan kelahiran putranya yang diberi nama Yahya. Yahya juga dalah salah satu dari 25 rasul yang wajib kita imani. Pada ayat 41 tesebut itu juga Nabi Yahya a.s menjadi orang pertama yang membenarkan Nabi Isa a.s. Jadi Nabi Yahya a.s dan Nabi Isa a.s adalah saudar sepupu. Sama-sama cucu dari Imran.
Ayat 42 hingga ayat 63 bercerita tentang kehamilan Maryam binti Imran dan kelahiran Nabi Isa a.s. serta kisah-kisahnya yang telah sering kita dengar di bangku sekolah pada mata pelajaran agama Islam.
Ada satu pengetahuan baru dari tafsir Ibnu Katsir terhadap ayat 51 surat Ali Imran. Disebutkan bahwa mayoritas ulama berpendapat Allah سبØانه Ùˆ تعالى mengutus nabi sesuai dengan keadaan zamannya. Ketika Nabi Musa a.s hidup dan berdakwah di Mesir kuno, hal yang ramai diagungkan atau dipergunakan masyarakat masa itu adalah sihir dan penggunaan tukang sihir. sesuai dengan cerita yang sering kita lihat di film jaman sekarang tentang kehidupan mesir kuno. Dan Allah سبØانه Ùˆ تعالى menganugerahkan Nabi Musa a.s dengan mukjizat yang dapat membelalakan mata dan membingungkan para penyihir hingga banyak dari mereka berbondong-bondong menjadi pengikut Nabi Musa a.s. Sedangkan pada masa sekitar tahun 0 masehi atau ketika Nabi Isa a.s hidup, yang banyak berkembang di masyarakat adalah para pakar ilmu alam dan ahli kedokteran. Maka Allah سبØانه Ùˆ تعالى menganugerahkan Nabi Isa a.s dengan mukjiat menyembuhkan orang buta sejak lahir, orang dengan penyakit kusta, dan menghidupkan orang mati yang mana pasti tidak bisa tidak bisa dilakukan siapapun kecuali utusan Allah سبØانه Ùˆ تعالى. Sedangkan pada zaman Baginda Rasullah صَÙ„َّÙ‰ٰ ٱللَّٰÙ‡ُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَآلِÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ, ilmu bahasa, sastra, syair menjadi primadona masyarakat arab zaman itu. Dan Allah سبØانه Ùˆ تعالى menganugerahkan Kitab Alquran yang tidak tertandingi oleh apapun.
Demikian secuil informasi dari Keluarha Imron pada surat Ali Imron. Semoga bermanfaat.
wallahu a’lam bis-shawab.
hanya Allah سبØانه Ùˆ تعالى yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.Sumber gambar : ini |
Tidak ada komentar: