MSMA : Oksibil, Pegungungan Bintang
Inspired by notorious adventure series in Indonesia television,
Episode kali ini masih dari tulisan di blog lama ridhoarisyadi.wordpress karena tahun 2020 dan 2021 ini saya maih berstatus Tugas Belajar jadi gak bakal ada SPPD, hehehe. Tulisan ini saya tulis 2017 yang lalu. Dari 2017 sampai 2019 saya lumayan rutin berkunjung ke Oksibil ini karena pekerjaan di Oksibil ini memang bersifat lintas tahun. Beberapa video youtube saya juga banyak tentang jalan-jalan ke Oksibil.
So Gaess, Fasten your seat belt.
Oksibil, Pagi nan dingin 3 November 2017
Berasama secangkir kopi sachet untuk sebuah janji, Nuhun (saya lupa kenapa nulis ini, tapi kayaknya kode buat Bu Teda, 😊 )
Oksibil, salah satu nama distrik di tanah papua yang lumayan sering saya dan mungkin rekan rekan dengar, bersama dengan Tolikara dan Ilaga mungkin. Namun bedanya, Tolikara terkenal dengan konflik horizontal pada beberapa tahun lalu.
Secara resmi, Oksibil adalah ibu kota dari Kabupaten Pegunungan Bintang, berada di dataran tinggi pegunungan papua. Kota kecamatan ini bersuasana dingin sepanjang hari, kabut pun masih membenamkan distrik ini hingga siang.
Jalur penghubung Oksibil dengan dunia luar adalah udara, paling utama, dan darat. Terdapat bandara rintisan yang menjadi tempat singgah pesawat dari dan kota besar lainnya di Papua seperti Jayapura dan distrik lainnya. Jalur darat rintisan pun hanya menghubungkan Oksibil dan Pegunungan Bintang dengan Kabupaten Boven Digoel.
Yang menarik dari Oksibil dibandingkan dengan distrik utama lainnya di Papua adalah perbauran pendatang dan penduduk asli yang sangat baik atau jika ditarik menjadi istilah masa kini, ke-bhineka-an. Banyak pendatang mengadu nasib di Oksibil dengan berbagai usaha, dan mungkin dengan motivasi. Pendatang dari Sulawesi, baik Bugis Minahasa, berbaur baik dengan pendatang yang berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa, pun dengan perantau dari tanah Sumatera seperti dari Padang, dengan jenis usaha yang bisa di tebak. Mereka rata-rata berdagang hasil bumi dari tanah papua, kebutuhan pecah belah harian, dan lain lain. Ada juga yang berdagang makanan untuk pendatang lainnya.
Selain kantor kantor organisasi perangkat daerah Kabupaten Pegunungan Bintang, yang PNS nya juga banyak berasal dari luar Oksibil bahkan Papua, juga terdapat kantor perwakilan instansi vertrikal lainnya seperti Kementerian Agama, Badan Pusat Statistik, Koramil, Polisi, penerbangan, kegerejaan, dan lainnya. Disini juga terdapat masjid selalu ramai dikala jadwal sholat 5 waktu.
Penduduk asli Oksibil pun tidak berkeberatan dengan kehadiran saudara sebangsa mereka tersebut. Karena mereka tetap memainkan peran dengan berjualan hasil kebun dan lainnya. Mereka membaur satu sama lain dan mengambil peran yang tidak tumpang tindih satu sama lainnya.
Menurut Bapak Fridz, aparatur sipil Porvinsi Papua, yang mememani kami berkunjung ke Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang dan Oksibil merupakan salah satu kabupaten terbaik dan termaju di Papua, baik dari kesejahteraan warganya dan pengelolaan administrasinya. Oksibil sepatutnya menjadi contoh bagaimana seharusnya membangun dari daerah terluar dan bagaimana mengelola kemajemukan.
Dari Oksibil dan diujung jalan aspal-nya, kita seharusnya belajar bagaimana seharusnya keberagaman itu mendatangkan kebaikan dan membaur serta belajar dari dunia luar adalah kebaikan jika kita dapat menempatkan diri dan belajar dengan sebaiknya.
Tidak ada komentar: