Green Jobs Untuk Anak Muda Ada di Desa
Negara kita diyakini akan memasuki masa bonus demografi dalam beberapa tahun mendatang. Menurut para ahli, bonus demografi artinya persentase umur angkatan kerja sangat besar dibanding umur lansia dan anak-anak. Artinya, ekonomi Indonesia akan bergerak cepat karena banyak para pemuda yang berkarya yang pada akhirnya menjadi pertumbuhan positif bagi ekonomi Indonesia. Namun bonus demografi ini bisa jadi bumerang yang menyerang balik kita jika ternyata jumlah lapangan kerja yang tersedia jauh lebih besar dari angkatan kerja. Artinya lagi, akan banyak pengangguran yang tidak hanya saja jadi beban ekonomi tetapi juga menjadi pemantik masalah sosial lain seperti kriminalitas.
PLTS di desa-desa |
Namun sebenarnya, pekerjaan yang dapat dimaksimalkan oleh angkatan kerja Indonesia bukan hanya sektor formal dengan kerja di kantor atau sektor informal yang sering diremehkan. Ada banyak jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh pemuda Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka tetapi juga berkontibusi terhadap perbaikan kondisi alam planet Bumi kita yang semakit mengkhawatirkan. Jenis pekerjaan ini disebut Green Jobs. Dikutip dari laman coaction.id berikut, Menurut International Labour Organization (ILO), Green Jobs menjadi lambang dari perekonomian dan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan mampu melestarikan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang. Jenis pekerjaan ini berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Green Jobs dilatarbelakangi oleh kualitas lingkungan semakin menurun, termasuk berkurangnya sumber daya alam dan tentunya ini menjadi permasalahan serius bagi perekonomian di masa mendatang.
Bidang-bidang pekerjaan yang berpotensi menjawab masalah tersebut antara lain, namun tidak terbatas hanya ini saja, yaitu pemulihan stok dan konstruksi hijau, pengolahan limbah dan daur ulang, transportasi umum, pemulihan konstruksi hijau, pertanian dan produksi pangan yang berkelanjutan, kehutanan yang berkelanjutan (bersertifikasi) beserta mencegah deforestasi, pengelolaan manufaktur dan rantai pasokan, suplai dan efisiensi energi serta pelestarian biodiversitas dan ekosistem. Dengan komiten kuat negara-negara dunia untuk menurukan emisi gas rumah kaca melalui Paris Agreement 2015, termasuk negara kita, lapangan pekerjaan dengan label Grenn Jobs akan sangat terbuka dan dapat menyerap tenaga kerja yang banyak pula.
Saat ini, pekerjaan dengan label Green Jobs telah banyak diminati dan diisi oleh talenta muda Indonesia. Seperti engineer dan teknisi pembangkit listrik tenaga surya di banyak perusahaan engineering, desain, konstruksi dan pemasangan pembangkit listrik tenaga surya. Makin menjamurnya perusahaan yang bergerak di industri pemasangan pembangkit listrik tenaga surya diyakini sebagai dampak positif dari makin mengertinya rakyat Indonesia dengan pentingnya energi bersih dan terbarukan. Beberapa teman saya juga sudah banyak bekerja di industri pembangkit listrik tenaga surya ini.
sumber dan hak cipta: https://coaction.id/green-jobs-pekerjaan-ramah-lingkungan/ |
Namun, ada potensi Green Jobs yang belum berkembang sempurna di tempat paling membutuhkan talenta-talenta kreatif dan progresif, Green Jobs di desa. Betul, teman-teman tidak salah membaca. Menurut saya, ada banyak lapangan pekerjaan di Desa yang bisa teman-teman kerjakan di desa dan pekerjaan tersebut membantu Planet Bumi kita kembali pulih. Dan yang pasti, yang namanya pekerjaan, imbal balik yang didapatkan juga bisa di bandingkan dengan pekerjaan sejenis di kota.
Beberapa Green Jobs yang tersedia di desa, dari pengamatan saya, antara lain bidang pertanian berkelanjutan, restorasi lahan, dan energi bersih. Saya akan fokus pada Green Jobs energi bersih di desa.
Sebagaimana kita ketahui bersama, masih banyak desa-desa yang belum dialari listrik oleh PLN karena faktor geografis. PLN tidak bisa menyambung listrik ke desa tersebut karena jarak yang sangat jauh sehingga diperlukan biaya besar dan energi yang besar untuk membangun jaringan kesana. Solusinya, Pemerintah membangun sistem pembangkit listrik sendiri disana dengan jaringan yang kecil dan dialiri listrik dari energi terbarukan. Kebanyakan jenis pembangkit listrik yang dibangunkan oleh Pemerintah tersebut adalah Pembangkit Listrik tenaga Surya aka PLTS. Pembangunannya sendiri dibiayai Negara melali APBN atau dibantu oleh lembaga lainnya. Kemudian, masyarakat desa tersebut diharuskan mengelola sistem pembangkit listrik tersebut oleh mereka sendiri secara swadaya. Kemudian timbullah masalah baru.
Sistem PLTS sendiri bisa dibilang cukup canggih untuk dioperasikan oleh masyarakat desa dengan tingkat pendidikan SMP atau SMA biasa, kalau untuk lulusan SMK kejuruan listrik harusnya cincai. Namun kebanyakan operator PLTS tersebut yang ditunjuk oleh pengurus desa biasanya hanyalah orang paling mengerti listrik di desa tersebut tanpa melihat latar belakang pendidikannya. Imbasnya, PLTS dan sistem distribusinya biasanya cepat rusak atau tidak beroperasi maksimal. Kementerian ESDM pernah meluncur program Patriot Energi untuk menyelesai masalah ini. Program Patriot Energi adalah sebuah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (KESDM) Republik Indonesia dengan tujuan percepatan elektrifikasi di desa tertinggal, terluar, dan terdepan (3T) di Indonesia dengan menggunakan energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terpusat (coaction, 2020). Tujuan penempatan Patriot Energi di desa-desa tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah, membantu masyarakat, dan melihat, serta memfasilitasi proyek Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), agar proyek tersebut benar-benar tepat sasaran (esdm.go.id). Di Desa tersebut, Patriot Energi membimbing masyarakat desa untuk mengelola PLTS dengan aspek manajerial yang benar, termasuk penentuan tarif dan pengelolaan anggaran. Saat ini, program Patriot Energi sudah tidak berjalan dan kebanyakan PLTS tersebut dikelola oleh masyarakat desa baik oleh BumDes maupun pengurus desa.
Patriot Energi sebenarnya adalah Green Jobs yang belum banyak digarap namun sangat dibutuhkan oleh desa-desa yang memiliki PLTS hibah dari pemerintah tersebut. Engineer Muda seperti teman-teman dapat bekerja secara profesional di PLTS tersebut dan digaji dengan nilai yang layak.
Pengurus desa dapat mengelola PLTS secara profesional dengan membentuk Badan Usaha Milik Desa. Dalam menjalan operasi PLTS tersebut, BUMDes pastinya dapat menarik iuran bulanan dari penduduk sesuai dengan yang telah disepakati. BUMDes juga dapat menerima suntikan modal dari Pemerintah Desa dari Anggaran Dana Desa. Sehingga BUMDes pengelola PLTS dapat menggaji pegawainya secara profesional. Memang saat ini belum banyak PLTS milik desa yang dikelola secara profesional seperti ini namun contoh berhasilnya ada. PR terbesar adalah bagaimana memberi pengertian kepada pengurus desa sebagai pemilik PLTS untuk mengelola PLTS mereka secara profesional dengan memperkerjakan engineer muda yang peduli dengan lingkungan (kalo coaction menyebutnya #energimuda 😃). Dan sepertinya PR ini lebih bisa diselesaikan oleh Pemerintah lintas sektor secara kolaboratif seperti Kementerian ESDM, Kementerian Desa PDT, dan Pemda.
Jika PR terbesar tersebut dapat diselesaikan, maka engineer pengelola PLTS akan menjadi Green Jobs yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di desa-desa. Selain meningkatkan kesejahteraan dan kenyamanan penduduk desa, Green Jobs Pengelola PLTS Desa ini juga berkontribusi kepada perkembangan energi terbarukan Indonesia dan Bumi yang lebih bersih nyaman untuk anak cucu kita.
Betul gak kawan #energimuda?
Nggak kepikiran ya Kak, kalau di desa berpeluang banget buat menjalankan konsep green jobs ini. Terlebih pada desa yang belum dialiri listrik, kalau anak muda desa mau ikut berkontribusi membantu pemerintah untuk mengaliri listrik ke desa mereka itu sudah hebat banget.
BalasHapusSetuju kak. Sebenarnya Patriot Energi dan beberapa institusi sudah coba menyelesaikan permasalahan ini. Tinggal bagaimana ekosistemnya terbentuka, maka Green Jobs di desa ini akan berkembang dengan baik.
Hapusterima kasih komennya kak.