Evolving market structure in Smart (Micro) Grid Era
Judul tulisan ini masih dalam bahasa inggris karena saya kesulitan untuk alih-bahasa-kannya. Kurang lebih maksudnya adalah tipe pasar listrik baru yang dapat dicoba ketika pengguna PLTS atap makin banyak.
Berdasarkan penelitian Yael Parag dan Benjamin Sovacol (2016) , ada 3 tipe evolving market yang memanfaatkan teknologi smart grid dengan menggunakan topologi mikrogrid. Yang pertama yaitu peer-to-peer energy market dimana sesama prosumer (konsumen sekaligus penghasil listrik) berjual beli diantara mereka. Tantangan untuk tipe market ini adalah keandalan sistem yang tidak telalu baik karena mereka tidak mendapat dukungan dari grid besar. Tipe ini sangat bermanfaat untuk prosumer yang berada pada kawasan kelas ekonomi atas karena harus memiliki pembangkit sendiri yang handal agar tetap mendapatkan suplai listrik.
Yang kedua yaitu prosumer-to-grid energy market dimana prosumer akan terhubung dengan mikrogrid dan mikrogrid tersebut terhubung dengan grid yang lebih besar dengan pengaturan yang ketat dari pemilik grid besar. Tipe ini lebih kaku namun sangat andal karena sistem ditopang oleh jaringan besar tetapi harus mengikuti aturan dari pemilik jaringan besar.
Yang ketiga adalah organized prosumer group energy market dimana kumpulan prosumer bertindak selayaknya pembangkit listrik dan bertransaksi dengan grid besar. Tipe ketiga ini lebih fleksibel bagi para prosumer karena mereka akan mengatur mikrogrid mereka sendiri dan dapat menjual atau membeli listrik dari jaringan besar. Tipe ini secara sistem lebih baik dari pada tipe peer to peer dan lebih fleksibel dari prosumer-to-grid. Namun untuk menjalankan tipe ini, mikrogrid harus dikelola secara professional sehingga membutuhkan sumber daya manusia yang handal.
Menurut saya pribadi, tipe prosumer to grid market lebih cocok untuk digunakan di Indonesia terutama di jaringan besar seperti jaringan Jamali. Kondisi sistem jamali yang dimiliki sepenuhnya oleh PLN akan lebih mudah menerapkan tipe prosumer to grid market karena microgrid yang menghubungkan beberapa prosumer dengan grid masih dapat diatur oleh PLN karena semua prosumer tetaplah pelanggan PLN. Selain dapat menentukan tarif, PLN juga dapat mengatur jual beli daya antar prosumer dalam mikrogrid serta aspek teknikal lainnya agar sistem besar tidak terpengaruh buruk apabila terjadi gangguan pada mikrogrid dan prosumer.
Untuk menerapkan tipe future-market ini akan diperlukan biaya yang besar bagi PLN selaku pemilik sistem dan retailer ke pelanggan lainnya. Biaya yang dibutuhkan termasuk infrastuktur smart grid tersebut serta pembangkit cadangan yang dapat menkompensasi perubahan mendadak dari transaksi daya antara mikrogrid dan jaringan besar. Namun PLN dapat memulai perubahan menuju market masa depan ini dari sekarang dengan perbaikan sistem sedikit demi sedikit.
Tulisan ini sebenarnya adalah salah satu tugas pada bootcamp Light Up Ecadin 2021. Dari pada nganggur, lebih baik diterbitkan disini juga. Juga sedang dikembangkan menjadi sebuah paper atau makalah, mohon doanya bisa diterima di konverensi. heheh
Tidak ada komentar: