Mata An**a
Terinspirasi dari talkshow favorit masyarakat Indonesia, Mata Najwa.
Kami, umbi-umbi An**a, akan menampilkan,
Mata An**a,
talk show politik yang serius, namun tidak berfaedah.
Dengan menampilkan host ternama,
dan pembicara yang sebenarnya orang penting, namun menciut kedinginan.
Paragraf diatas adalah monolog yang dibacakan oleh presenter untuk memperkenalkan acara parodi yang kami tampilkan pada acara gathering kantor. Alhamdulillah, dikasih kepercayaan oleh pimpro buat nulis naskah ini, gak sendirian pastinya. Hasilnya sangat menyenangkan, secara penampilan dan secara peringkat lombanya.
Kalau soal kemenangan, pastinya lebih karena penampilan para pemain lakonnya. Para penampil kami terlihat di foto diatas. Di orkestrasi secara apik oleh Faqih Mahali, yang juga ngajak saya buat nulis krip Mata An**a ini. Yang sangat spesial dari skrip dan penampilan Mata An**a ini adalah jokes-jokes yang kami tulis disampaikan dan bekerja dengan baik serta tentunya mengundang tawa. Sesuatu yang selalu diimpikan para penulis komedi.
Selain itu, penampilan Mata An**a ini membawa ingatan saya kembali ke tahun 2006, sekitar 17 tahun yang lalu. Tepatnya diakhir-akhir semester 2 tahun ajaran saat itu. Seperti biasa, anak-anak kelas 3 sudah selesai UAN dan dilepas dengan acara perpisahan yang disiapkan semeriah mungkin oleh adik-adik kelasnya. Kebetulan, di SMA kami ada beberapa kali perpisahan yang akan dirasakan oleh alumni, terutama alumni kelas Asrama. Ada perpisahan sekolah, perpisahan asrama, dan perpisahaan aspa. Lumayan. '
Waktu itu kami masih kelas 1. Untuk acara perpisahaan asrama, anak kelas 1 dan 2 asrama diminta untuk menampilkan acara. Namun harus bernafaskan islami dan perjuangan. Entah gimana awalnya, akhirnya saya yang nulis penampilan kami waktu itu. Kami memutuskan untuk menampilkan kabaret lucu dengan menampilkan cerita salah satu keluarga sahabat nabi, yaitu keluarga Ammar bin Yasir beserta ayah dan ibunya. Ibu Ammar bin Yasir adalah Sumayyah binti Khayyath yang merupakan Syahidah pertama dalam riwayat islam.
2006 adalah masa kejayaan Audisi Pelawak TPI (API) yang melahirkan grup lawak legendaris seperti Bajaj dan SOS. Kami pun ingin memainkan konsep API dengan cerita keluarga Ammar bin Yasir. Tetap harus edukatif, inspiratif, tapi lucu sesuai koridor. Skrip awalpun akhirnya jadi. Teknologi di tahun 2006 ini sangat jauh dari yang kita nikmati sekarang. Sehingga untuk memainkan music dan tempo harus pakai tape recorder. Karna itu pula kami memainkan kabaret tidak pakai live speech dengan mic, tapi play back. Jadilah kami bikin materinya pakai tape recorder seadanya dan dimainkan di awal acara.
Di malam penampilan, kami pecah, alhamdulillah. Tidak ada juara-juaraan karena acara perpisahaan saja. Tapi rasa bahagia ketika jokes yang ditulis dan diterima dengan baik itu luar biasa. Perasaan yang sama ketika menyaksikan Mata An**a. Semoga datang lagi kesempatan menulis skrip-skrip lainnya, tapi yang lucu-lucu aja.
Btw, kabaret Ammar bin Yasir kami waktu itu sangat dinikmati oleh Ustad kami, hingga pada suatu kesempatan, kami memainkan kabaret ini di acara partai Ustad, berasa kek finalis API aja waktu itu. 😃
Tidak ada komentar: