Running Race Review : Wellington Marathon 2024
Keikutsertaan di event lari ini adalah pengalaman paling mengerikan bagi saya pribadi, dan traumanya masih terasa sampai sekarang. Walaupun namanya Wellington Marathon, saya hanya ikut kelas HM (Half Marathon), gaes.
di area start sebelum race di mulai |
Jadi ceritanya begini
Seperti yang sudah saya ceritakan di review Pocari Sweat Marathon 2023, saya awalnya diajak Biqi yang ingin “virgin marathon” di Pocari Sweat Marathon 2024, yang pendaftarannya dibuka di akhir tahun 2023. Saya dengan berat hati menolak ajakan tersebut karena pada bulan Juli (jadwal pelaksanaan Pocari Sweat Bandung Marathon 2024), kemungkinan besar saya tidak berada di Indonesia. Tepatnya, saya sedang bermukim di Wellington untuk short course—as you may be aware from the previous post.
Baca juga:
New Zealand Parliaments' Public DebateIndonesia Singapore Cross Border Electricity
Pendafataran
Pendaftarannya pun sangat mudah—lewat website. Tapi pembayarannya memang harus menggunakan kartu kredit. Kita juga bisa menambahkan add-on seperti jersey, topi, dll. Biaya pendaftaran berbeda-beda tergantung periode; semakin dekat ke hari-H, semakin mahal. Untuk kelas HM, harga tahun ini paling rendah adalah NZD 70 untuk early bird dan naik hingga NZD 115 untuk last minute. Kayaknya nggak ada kuota ketat seperti race di Indonesia karena jumlah peminatnya masih lebih kecil daripada kapasitas panitia. Saya sendiri daftar di periode normal saat masih di Indonesia dengan harga 60 NZD (plus add-on sekian).
Persiapan
Biasanya untuk lari 21 km, saya hampir tidak melakukan persiapan atau latihan khusus. Ini biasanya adalah jarak long run dua bulanan saya. Tapi sejak awal tahun 2024, latihan beban dan mileage lari mingguan saya memang sudah menurun drastis. Jadi, saya hanya ingin menjadikan HM di Wellington Marathon ini sebagai ajang seru-seruan aja—nggak ngejar PB atau apapun. Yang penting bisa finish selamat dan dapat medali.
Persiapan saya hanya lari jarak menengah di Depok dan di Welli. Tidak ada program latihan khusus. Gear pun sama seperti yang biasa saya pakai lari di Indonesia. Tapi karena kami tahu Juni adalah musim dingin di Wellington, saya menambahkan beberapa item termasuk windbreaker.
Racepack Collection
Salah satu sponsor utama Wellington Marathon tahun ini adalah dealer mobil besar di Wellington. Jadi racepack diambil di salah satu showroom mereka pada H-1. Lokasinya kebetulan dekat dari akomodasi kami. Sebenarnya pengambilan racepack-nya mirip-mirip dengan di Indonesia—ada booth sponsor dan cek BIB. Yang menarik, ada yang jual GU Gel yang belum pernah saya temukan di toko-toko Welli. Kami sempat foto-foto dan main fortune wheel di sana. Racepack-nya cukup seru.
![]() |
Ambil race pack |
D-Day
Jadwal start untuk kategori FM dan HM cukup ideal. Syuruq di Wellington saat winter sekitar pukul 07.00 dan start HM pukul 09.00, sementara FM start pukul 07.00. Jadi kami bisa salat subuh dulu dan berjalan santai ke race central, yaitu pelataran Sky Stadium. Area dalam stadion tetap digunakan untuk penitipan barang, makanan/minuman, dan toilet. Tampilan race area-nya sangat sederhana. Saya dan Zak sepakat bahwa kualitas entertainment race di Indonesia jauh lebih meriah. Dari rombongan NZ ELTO 58, ada 7 orang yang ikut Wellington Marathon ini. Saya dan Zak ambil HM, yang lain ambil 10K.
Sesampainya di race central, saya dan Zak melakukan stretching dan pemanasan ringan, walaupun badan sudah cukup hangat karena saya memakai 5 lapis atasan dan 3 lapis bawahan. Dingin, coy! Rinciannya: 1 kaos dalam, 2 longjohn, 1 jersey lari, dan di luar jersey PSPP Padang Panjang—klub kota kelahiran tercinta. Saya sengaja pakai jersey PSPP sebagai bentuk apresiasi atas kelolosan mereka ke putaran nasional Liga 3 2024, yang akhirnya didukung sponsor dan apparel Limo.
![]() |
beberapa saat sebelum start |
Kami sudah mempelajari rute HM. Ini adalah rute lari umum di CBD Wellington, menyusuri pantai, dengan elevasi yang relatif datar. FM, HM, dan 10K rutenya mirip. FM harus 2 putaran, HM cukup 1 kali. Di website juga sudah dijelaskan jumlah water station yang sedikit dibandingkan event seperti Pocari Sweat. Tidak ada pisang atau energi gel—peserta harus membawa refuelling sendiri. Tapi ini wajar karena jumlah volunter juga tidak banyak.
![]() |
Rute Wellington Marathon |
Saat Lomba
Dari start hingga KM 10, pace saya masih nyaman. Tidak terlalu cepat atau lambat. HR masih terkontrol, walaupun jam saya sering menunjukkan sudah masuk Zona Anaerobik. Alhamdulillah, GU Gel dan air sebotol dari water station cukup membantu.
Petaka mulai terasa di KM 14. Sejak lama saya punya masalah asam lambung. Di Pocari Sweat 2023 saya juga sempat mengalami serangan yang membuat saya menyerah di tengah jalan. Maka, untuk jaga-jaga, saya bawa empat tablet antasida Polysilane dari Indonesia. Tapi di KM 14, asam lambung saya melonjak drastis. Tanda-tandanya khas: napas berat, konsentrasi hilang, dan hampir pingsan. Biasanya ini saya obati dengan injeksi ranitidine di rumah sakit. Ketika napas makin berat, psikologi saya ikut drop, takut "lewat" di tempat.
Sejak KM 14 tersebut, saya berhenti berlari dan hanya berjalan cepat. Tak lama, saya melihat kerumunan pelari sedang memberikan CPR kepada peserta lain yang tergeletak. Sepertinya peserta Full Marathon yang sedang menggitari loop kedua. Melihat itu, pikiran saya makin kacau. Saya sudah menghabiskan Polysilane ke-3. Saya tidak berani berhenti apalagi membantu karena takut kondisi saya makin parah.
Saya sudah hampir menyerah dan ingin deklarasi DNF ke medis, tapi belum ketemu tim medis. Di KM 16, saya bertemu ambulan dan paramedis. Saya tanya apakah ada obat asam lambung yang lebih kuat. Mereka bilang tidak ada—mungkin hanya tersedia di tenda medis di Sky Stadium. Waktu itu, gejala sudah agak terkendali, tapi napas masih berat. Akhirnya saya menelepon Mbak Winda (country representative kami) yang sudah ada di Sky Stadium, minta tolong dicarikan obat.
Sisa 5 KM saya tempuh dengan jalan dan lari kecil. Pikiran mulai tenang karena sudah dekat ke pusat kota.
Alhamdulillah, hanya karena karunia Allah Azza Wa Jalla, saya bisa mencapai garis finis. Saya tidak lagi peduli dengan waktu atau medali—langsung menuju tenda medis. Tapi di sana, tidak ada obat GERD. Untungnya, Mbak Winda dan teman-teman punya cadangan antasida.
![]() |
Tim NZELTO 58 Indonesia setelah race |
Kalau dilihat dari HR saya di hari itu, cukup mengerikan sekali sebenarnya. Lari di Zona 5 selama lebih dari 80 menit.
Dan sejak tanggal 23 Juni 2024 itu sampai tulisan ini dibuat, mental saya belum 100% pulih untuk lari jarak jauh atau olahraga berat. Takut tiba-tiba GERD kambuh dan "lewat" di tengah jalan. Dan Alhamdulillah, official time result saya masih dibawah 3 jam sih. Sama kek pace Marathon terakhir sebenarnya.
Sebenarnya Wellington Marathon menyediakan fotografer resmi dan kita cukup bayar sekitar 250rb rupiah untuk semua foto. Tapi saya sengaja tidak tebus karena pose saya jelek semua disana. 😓
Overall
Ini adalah race HM kedua saya di luar negeri. Bukan event besar, lebih ke city event. Sepertinya memang standar event lari di Indonesia yang cukup tinggi. Secara umum, Wellington Marathon 2024 berjalan baik dan menyenangkan, tapi sayang sekali tim medis tidak punya pertolongan pertama untuk GERD. Walaupun, ya… di Indonesia pun belum tentu ada.
Nilainya? Bintang 3 dari 5 lah.
Semoga nanti ada kesempatan untuk ikut major event dunia seperti Tokyo Marathon atau Berlin Marathon. Tapi yang paling penting sekarang: sembuhin GERD dulu.
Tidak ada komentar: