Vakansi a la Bung Hatta
Tadinya saya mau buat tulisan book review untuk otobiografi Bung Hatta yang saya coba habiskan selama libur lebaran kemaren. Otobiografi Bung Hatta yang saya maksud adalah Untuk Negeriku cetakan ulang yang diedarkan ulang oleh Kompas Gramedia Group. Saya beli satu set otobiografi tersebut tapi baru membaca sampai buku pertama saja, Dari Bukit Tinggi ke Rotterdam. Namun kayaknya gak mungkin kapasitas saya untuk reviu buku ini. Jadinya saya mau berbagi dua hal menarik yang sangat membekas bagi saya.
Pertama dan utama, baca buku ini kayak lagi dibacakan dongeng sejarah oleh Bung Hatta langsung. Kalau teman-teman mau baca otobiografi ini, coba cari di youtube video Bung Hatta lagi ngomong. Tutup mata dan dengarkan dengan seksama. Setelah mendapatkan rasa bagaimana Bung Hatta berbicara, bacalah buku ini pelan-pelan mengikuti nada bicara beliau. InsyaAllah, teman-teman akan merasakan apa yang saya rasakan tentang membaca buku ini.
Di buku ini, Bung Hatta tidak hanya menceritakan secara rinci kejadian penting yang dialami semasa hidupnya, tetapi beliau juga memberikan nasihat dari pengalaman yang dia rasakan. Persis seperti kakek yang tengah menesehati cucu nya yang sedang dipenuhi semangat perjuangan. Dengan latar belakang kondisi negara saat ini, maka air mata akan mengalir sendirinya ketika menerima nasihat dari Sang Proklamator.
Hal menarik kedua adalah budaya vakansi beliau. Kita harus mengakui kecemerlangan otak Bung Hatta dan daya hafalnya. Dalam Otobiografi ini, beliau dapat dengan jelas merincikan perjalanan semasa beliau berkuliah di negeri Belanda. Beliau dapat menyebutkan dosen-dosen, buku-buku yang iya baca, sejarah organisasi pergerakan yang beliau gawangi, dan tanya-jawab ketika ujian lisan. Beliau juga ingat apa yang dilakukan beliau ketika tengah libur kuliah.
Seperti layaknya mahasiswa Indo yang kuliah di Eropa, ketika masa liburan, Bung Hatta juga menghabiskan masa liburnya untuk melancong negara-negara lain seperti Prancis, Itali, Jerman, Ceko, Austria. Beliau ingat dengan detail urutan kota-nya, tinggal dimana, dan berapa biaya yang dihabiskan. Jenius.
Dan, yang lebih menarik, waktu yang habiskan tidak ada yang tidak berguna sama sekali. Ketika vakansi tersebut, beliau mengunjungi museum, belajar sejarah dan kebudayaam setempat, dan menjadikannya sebuah pelajaran. Dan yang paling epik adalah setiap vakansi tersebut, beliau dapat menerbitkan tulisan-tulisan penggugah semangat perjuangan yang ditayangkan di surat kabar di Tanah Air maupun pada majalah terbitkan Perhimpunan Indonesia. Yes, Vakansi adalah waktu paling tepat untuk menulis (termasuk semua tahapannya didalamnya seperti riset dll).
Itu salah satu pelajaran yang saya ambil dari membaca biografi Bung Hatta ini.
Tidak ada komentar: